Langsung ke konten utama

Postingan

Kolaborasi Pencak Silat Cimande Pusaka Medal dengan Rampak Bedug

Kolaborasi merupakan perpaduan dua atau lebih hal yang berbeda yang dikemas menjadi satu kesatuan sehingga menghasilkan sesuatu yang baru dengan konsep yang berbeda, lebih unik dan kreatif. Contohnya saja kolaborasi Rampak Bedug dan Pencak Silat ini, mereka digabungkan dari konsep yang berbeda, dibangun dengan tidak menghilangkan salah satunya, saling mengisi dan melengkapi sehingga terciptalah seni yang indah, kompak, atraktif dan dinamis. Proses perpaduan seni tidaklah begitu sulit, asalkan para pesertanya bisa benar-benar menjiwai seni. Pelatih Rampak Bedug yang sekaligus arsitek Seni di Kampung Seni Yudha Asri, Rumania tidak begitu kesulitan dalam membimbing mereka. Mereka semua terlihat kompak dan benar-benar semangat untuk belajar seni. Koordinator Pencak Silat dari Perguruan Pusaka Medal, Kecamatan Pamarayan, Nasir juga terlihat tidak mengalami kesulitan dalam menerapkan teknik silatnya dengan Rampak Bedug. Adapun maksud kolaborasi seni ini adalah persiapan menjelang pementasan

Latihan Pencak Silat Cimande Pusaka Medal Pamarayan di Kampung Seni Yudha Asri

Pencak Silat merupakan seni bela diri khas Indonesia, tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia dengan berbagai perguruan silat. Di Betawi ada Silat Sabeni, di Jawa Barat dan Banten ada Cimande, Debus, Silat Bandrong, Jalak Rawi, di Aceh ada Silat Siwah, Tapak Suci untuk golongan Muhammadiyah, Merpati Putih, Elang Putih,Merah Putih dan masih banyak lagi yang tersebar di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara dan daerah-daerah lainnya. Di Kampung Seni Yudha Asri, Pencak Silat merupakan seni yang baru tergali setelah bergabungnya Perguruan Silat Pusaka Medal dari Kecamatan Pamarayan, Kabupaten Serang, Banten. Seni bela diri ini cukup populer di telinga masyarakat setempat. Di Provinsi Banten sendiri, Pencak Silat umumnya dikolaborasikan dengan kendang, terompet dan gong sebagai alat musik pengiringnya. Alat musik pengiring ini, selain karena tradisi juga sebagai pelengkap agar pencak silat lebih hidup dan memiliki nuansa seni yang indah dan enak untuk dilihat, apalagi dip

Bedug Kerok, Kesenian Asli Kampung Seni Yudha Asri, Kabupaten Serang

Kalau sebagian orang mendengar kata-kata Kerok, tentu akan berpikir kepada orang yang menjadi biang dari permasalahan, yaitu Biang Kerok. Namun disini tentu tidak, justru Kerok disini ditujukan kepada seni yang menghibur khalayak ramai yaitu Bedug Kerok. Menurut sang pencipta Seni Bedug Kerok, Bapak M. Jufri Nur, seni ini dibuat untuk menghibur masyarakat kampung, khususnya di Kampung Yudha, Desa Mander. Kenapa seni ini untuk menghibur masyarakat? mari kita telusuri sejarahnya. Asal muasalnya seni Bedug Kerok ini tercipta ketika negara ini sedang gonjang-ganjing oleh krisis, yaitu pada tahun 1998 dimana terjadi peralihan pemerintahan dari masa Orde Baru ke masa Reformasi. Pada saat itu terjadi kerusuhan dimana-dimana, pembakaran, penjarahan, penculikan dan lain sebagainya. Rakyat dimana-mana panik, resah dan gelisah. Masa itu negara dalam keadaan kacau balau, perekonomian Indonesia jatuh, pengangguran dimana-mana, perusahaan-perusahaan bangkrut dan masih banyak dampak negatif lainnya.

Proses Pembuatan Bata Tradisional di Sekitar Kampung Seni, Kabupaten Serang, Banten

Bata merupakan bahan dasar bangunan, baik dipergunakan untuk membangun rumah, sekolah, taman, gedung bertingkat, apartemen dan lain sebagainya. Bata terbuat dari tanah liat dan proses pembuatannya sangat sederhana.  Pertama kita harus menyiapkan tanah yang telah dicangkul  hingga berbentuk halus, banyaknya kira-kira sebanyak bata yang akan kita buat. Langkah selanjutnya adalah tanah tersebut disirami air dan dihaluskan kembali dengan menggunakan cangkul, setelah dikasih air, kemudian dicampurkan abu dari proses pembakaran bata. Setelah halus, bata siap untuk dicetak. Proses pencetakannya menggunakan kayu yang sudah dibentuk menyerupai persegi panjang dan didalamnya sudah terdapat cetakan-cetakan bata sebanyak empat atau enam cetakan, tergantung kebutuhan. Setelah pencetakan selesai kemudian dijemur sampai kering dan diusahakan jangan sampai kena air hujan, karena air hujan dalam proses penjemuran akan menghancurkan bata yang telah dibentuk. Proses selanjutnya adalah "Nyiksrik"